Lupakan Cat Calling dan Memulai Hubungan Sosial yang Lebih Sehat
Lupakan Cat Calling dan Memulai Hubungan Sosial yang Lebih Sehat
Dalam kehidupan sosial, berjumpa seseorang bukan sebuah hal yang tabu. Kendati tidak semua perjumpaan membawa dampak yang menyenangkan bagi sebagian individu. Dengan ini kita disuguhkan dengan reaitas sosial yang kerap terjadi kedati tidak membawa kesan yang menyenangkan. Sebagian dari kita mungkin tak asing dengan istilah cat calling. Selain ketidak nyamanan, cat calling juga membawa pengaruh pada kesehatan mental korban. cat calling sendiri merupakan bentuk pelecehan jalanan yang pada umumnya berupa komentar seksual yang tidak diinginkan (seperti bentuk fisik dan warna kulit), provokasi dan klakson kendaraan (halodoc: 02 Januari 2024). Adapun bentuk-bentuk cat calling terbagi atas dua jenis yakni verbal dan non-verbal.
Di dalam penelitan Angeline hidayat dan Yugih Setyanti disebutkan bahwa cat calling verbal membawa pesan dari para pelaku kepada korbannya. Bentuk-bentuk cat calling verbal-pun beragam, diantaranya pertama dalam bentuk nada yakni suara kecupan, suara ciuman dari jauh, atau siulan. Kedua, dengan komentar biasanya dengan mengomentari bentuk tubuh, atau secara kalimat tidak melecehkan tetapi dikatakan dengan tujuannya melecehkan, misalnya salam. Selain itu, Ada juga yang terang-terangan mengatakan hal yang vulgar mengenai korban. Kemudian, pandangan mata yang berlebihan juga termasuk pelecehan karena membuat yang dipandang merasa tidak nyaman. Misalnya, seseorang yang memandangi orang lain dari ujung kaki hingga ujung kepala. Cat calling verbal menjadi salah satu jenis pelecehan di rung publik dengan persentasi kasus diantaranya: sebanyak 64 persen dari 38.766 perempuan, 11 persen dari 23.403 laki-laki, dan 69 persen dari 45 orang mengalami pelecehan seksual di ruang publik (survey pelecehan seksual di ruang publik).
Kemudian,dr. Fadhli Rizal Makarim di dalam halodoc.com menjelaskan bahwa cat calling non verbal, pelaku menggunakan gestur fisik untuk menilai penampilan dari korban. Kendati cat calling menciptakan ketidaknyamanan bagi korban, faktanya, hal ini masih dinormalisasi kendati korbannya terus berjatuhan. Padahal, aksi ini seharusnya tidak dinormalkan sebagaimana yang sudah, sedang atau akan berlangsung. Seolah menjadi candaan dan ungkapan estetika tapi faktanya cat calling membawa dampak yang tidak menyenangkan bagi korban-korbannya.
Lalu, apa saja dampak cat calling?
Biasanya, cat calling terjadi di jalanan, ruang-ruang publik seperti tempat belanja, kampus dan sebagainya. cat calling menjadikan seolah pelakunya memiliki kedudukan yang lebih tinggi darpada korban, sehingga korban merasa terintimidasi, dilecehkan secara verbal, lebih dari itu cat calling mengantarkan pada tindak kekerasan. Macmillan (2000) memiliki asumsi bahwa cat calling membawa pengaruh pada tingkat kebebasan gerak seseorang. kemudian, Melsen (2004) mengatakan bahwa cat calling menimbulkan sebuah rasa takut bagi para korbannya. Di dalam dunia medis, cat calling berdampak pada gangguan mental, diantaranya tidak merasa aman dan nyaman, merasa malu dan tidak percaya diri dan mengganggu kesehatan mental lainnya.
Dengan demikian, cat calling sebaiknya diminimalkan atau dihentikan demi menjamin kualitas hidup seseorang. Di dalam etika bersosial, saling sapa merupakan hal yang seharusnya dilakukan, akan tetapi cat calling bukan menjadi opsi yang harus dipilih untuk merealisasikan hubungan sosial tersebut. Apalagi sebagai opsi dalam meningkatkan keakraban dan menerapkan sikap saling sapa tersebut, hal ini justru akan melemahkan korban sebagai objek dari cat calling, karena sejatinya cat calling adalah hubungan satu arah dengan dampak buruk sebagaimana yang sudah disebutkan, lebih dari itu, cat calling sudah menjadi aksi dari kekerasan seksual, sehingga sudah sepantasnya kita menghindari perbuatan tercela tersebut.
Red: Iqromah